"YA TUHAN PERKENANKANLAH"
di situ kata...
bisa berarti bnyak..
satu kata bisa mengandung pengertian. dua makna bisa menghadirkan keputusan. dan tiga makna bisa mendatangkan kesimpulan..
kata "YA" bisa berarti banyak,,,
kata "YA" sangat dibutuhkan, bahkan mungkin harus dimiliki tiap'' insan,
YA, bisa berarti pangilan bila pengucapanya tegas dan di sandarkan pada suatu zg lain.utamanya untuk sesuatu zg memiliki kemampuan, bisa bererti Tuhan, sesama jenis sendiri, hewan, tumbuhan, dll,
bisa juga YA, berarti kelemahan, kepasrahan, ketidak mampuan, ketidak berdayaan, yang di rasakan jiwa kemudian diolah katakan menjadi rupa suara dan ragam bahasa, sebuah keluhan layaknya kata AH. yang di ucapkan oleh semua manusia tanpa mengenal batas'' bahasa maupun dialektika. baik orang barat, timur mengucapkanya sama, maksudnyapun sama..
kata YA yang di sandarkan dan dihubungkan dengan kata "TUHAN". walaupu tanpa disandarkan dengan kata kedua sebenarnya telah mencakup, menyimpan makna yang sama. tapi lebih diperjelas dan di khususkan(ma'rifah bukan nakirah) dengan kata tuhan biar langsung dapat difahami. bahwa "YA" disitu sandaranya jelas. langsung kepada tuhan bukan lewat perantara perantaraan yang lainya. "YA TUHAN" menyiratkan makna, keputusasaan, keluhan erangan, ketidaksangupan, dll. entah dalam hal pekerjaan konflik konflik, masalah kehidupan, cobaan dan banyak hal lainya.. "YA" bisa berkonotasi pangilan dari bawahan keatasan, bisa juga dari atasan kebawahan. jika pangilan itu dari atasan kebawahan, bisa bermakna anjuran, kewajiban, perintah, dll. dan jika pangilan itu dari bawahan ke atasan, bisa bermakna do'a, permohonan, permintaan, dll.. dan kata "YA" ketika di panjangkan intonasinya menjadi "YAAA" melahirkan makna ketidak sangupan menerima baik pekerjaan, amanah dll, yang di bebankan kepadanya. dan kata "YA" ketika sudah dilekatkan dengan lafadz "TUHAN" seharusnya sudah sebagai dua sisi mata uang yang tak boleh di pisahkan. dan ketika sudah di pisahkan maka akan menjadi dua uang, bukan lagi satu keutuhan, begitu juga kata "YA" ketika di pisahkan dengan lafadz "TUHAN" maka akan menjadi makna makna lain yang di kehendaki pembicara dengan sandaran kata sesudahnya. sebenarnya bukan hanya itu masalahnya kenapa tidak boleh di pisahkan. karna hanya tuhan yang bisa di jadikan sandaran atas segala apapun, baik kebersyukuran, ketidak berdayaan, atau yang lainya. karna hanya tuhan yang menguasai segalanya. jika kita menyandarkan kepada selain nama tuhan, maka akan rapuh dan gampang rusak. samahalnya musyrik, ketika bergantung bukan lagi dengan Tuhan..
sungguh cukup menarik kata "TUHAN" itu di manapun di letakkan. bisa mengundang kontrofersial saat di tempatkan di tempat tempat yang kurang layak. bisa mengundang kecurigaan saat di pakai untuk di salah gunakan. bisa pula berupa kesakralan, kemuliaan, keagungan, kemahaan, ketika disebutkan di masjid masjid, gereja gereja, pura pura, wihara wihara, klenteng klenteng, dan tempat tempat suci lainya.
seolah membentuk garis vertikal lurus dari bawah ke atas. entah gambaran gambaran ini memang benar atau tidak. gambaran bahwa tuhan berada di atas sana. pemikiran yang selalu menelurkan banyak persoalan dari ketidak tuntasan pembahasan sampai ketidak bertangung jawaban pengagasnya.. tapi saya duga semua sepakat dengan idea bahwa kenapa tuhan selalu dihubungkan dengan yang diatas. bukan karna tuhan itu bertempat di atas sana. melainkan sebuah sifat naluriah dari manusia yang selalu menghubungkan sesuatu yang di kagumi, di mulyakan, di hormati, di takuti, di ta'ati, di patuhi, di letakan diatas diri manusia itu sendiri. luhur. saat tuhan menciptakan manusia sebagai "ahsanul kholikin" sebagus bagusnya ciptaan, sesempurna sempurnanya ciptaan, semulia mulianya ciptaan maka secara sengaja atau tidak akan mengugurkan tesis tesis bahwa ada mahluk lain yang lebih sempurna dari manusia. jika manusia sebagai mahluk sempurna, maka secara otomatis mahluk selain manusia berada kelas di bawahnya. maka muncullah larangan untuk bersumpah selain atas nama tuhan. karna manusia itu mahluk paling sempurna nan mulia. dan ketika kesempurnaan itu masih membutuhkan apa yang di luar dirinya dan lebih tinggi setatusnya dari manusia, maka itulah tuhan. sesuatu yang luhur, paling sempurna dari kesempurnaan kesempurnaan yang lain, kebenaran absolut, mutlak dan takbisa di gangu gugat. terlepas dari salah benarnya apa yang di tuhankan itu. karna tuhan itu juga misteri yang absolut. dan tetap akan menjadi misteri selama lamanya, sampai dimana telah di tentukan masanya tuhan tak lagi menjadi misteri. tuhan itu sangat menakjubkan dari dulu sampai besok kiamat. tidak akan habis di perbincangkan, tidak musnah walaupun tiap detik, jam, dan masa. dan kami duga kuat, dengan alasan apapun. tidaklah satu manusiapun yang tak memercayai adanya tuhan. karna setidak percaya percayanya manusia itu pasti dirinya percaya bahwa dirinya tidak percaya. dan kepercayaan kepercayaan akan ketidak percayaanya itu sendiri telah mengugurkan ketidak percayaanya tentang tuhan.
"PERKENANKANLAH"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
nyusul lagi gak ada waktu.. hahhhaha
di situ kata...
bisa berarti bnyak..
satu kata bisa mengandung pengertian. dua makna bisa menghadirkan keputusan. dan tiga makna bisa mendatangkan kesimpulan..
kata "YA" bisa berarti banyak,,,
kata "YA" sangat dibutuhkan, bahkan mungkin harus dimiliki tiap'' insan,
YA, bisa berarti pangilan bila pengucapanya tegas dan di sandarkan pada suatu zg lain.utamanya untuk sesuatu zg memiliki kemampuan, bisa bererti Tuhan, sesama jenis sendiri, hewan, tumbuhan, dll,
bisa juga YA, berarti kelemahan, kepasrahan, ketidak mampuan, ketidak berdayaan, yang di rasakan jiwa kemudian diolah katakan menjadi rupa suara dan ragam bahasa, sebuah keluhan layaknya kata AH. yang di ucapkan oleh semua manusia tanpa mengenal batas'' bahasa maupun dialektika. baik orang barat, timur mengucapkanya sama, maksudnyapun sama..
kata YA yang di sandarkan dan dihubungkan dengan kata "TUHAN". walaupu tanpa disandarkan dengan kata kedua sebenarnya telah mencakup, menyimpan makna yang sama. tapi lebih diperjelas dan di khususkan(ma'rifah bukan nakirah) dengan kata tuhan biar langsung dapat difahami. bahwa "YA" disitu sandaranya jelas. langsung kepada tuhan bukan lewat perantara perantaraan yang lainya. "YA TUHAN" menyiratkan makna, keputusasaan, keluhan erangan, ketidaksangupan, dll. entah dalam hal pekerjaan konflik konflik, masalah kehidupan, cobaan dan banyak hal lainya.. "YA" bisa berkonotasi pangilan dari bawahan keatasan, bisa juga dari atasan kebawahan. jika pangilan itu dari atasan kebawahan, bisa bermakna anjuran, kewajiban, perintah, dll. dan jika pangilan itu dari bawahan ke atasan, bisa bermakna do'a, permohonan, permintaan, dll.. dan kata "YA" ketika di panjangkan intonasinya menjadi "YAAA" melahirkan makna ketidak sangupan menerima baik pekerjaan, amanah dll, yang di bebankan kepadanya. dan kata "YA" ketika sudah dilekatkan dengan lafadz "TUHAN" seharusnya sudah sebagai dua sisi mata uang yang tak boleh di pisahkan. dan ketika sudah di pisahkan maka akan menjadi dua uang, bukan lagi satu keutuhan, begitu juga kata "YA" ketika di pisahkan dengan lafadz "TUHAN" maka akan menjadi makna makna lain yang di kehendaki pembicara dengan sandaran kata sesudahnya. sebenarnya bukan hanya itu masalahnya kenapa tidak boleh di pisahkan. karna hanya tuhan yang bisa di jadikan sandaran atas segala apapun, baik kebersyukuran, ketidak berdayaan, atau yang lainya. karna hanya tuhan yang menguasai segalanya. jika kita menyandarkan kepada selain nama tuhan, maka akan rapuh dan gampang rusak. samahalnya musyrik, ketika bergantung bukan lagi dengan Tuhan..
sungguh cukup menarik kata "TUHAN" itu di manapun di letakkan. bisa mengundang kontrofersial saat di tempatkan di tempat tempat yang kurang layak. bisa mengundang kecurigaan saat di pakai untuk di salah gunakan. bisa pula berupa kesakralan, kemuliaan, keagungan, kemahaan, ketika disebutkan di masjid masjid, gereja gereja, pura pura, wihara wihara, klenteng klenteng, dan tempat tempat suci lainya.
seolah membentuk garis vertikal lurus dari bawah ke atas. entah gambaran gambaran ini memang benar atau tidak. gambaran bahwa tuhan berada di atas sana. pemikiran yang selalu menelurkan banyak persoalan dari ketidak tuntasan pembahasan sampai ketidak bertangung jawaban pengagasnya.. tapi saya duga semua sepakat dengan idea bahwa kenapa tuhan selalu dihubungkan dengan yang diatas. bukan karna tuhan itu bertempat di atas sana. melainkan sebuah sifat naluriah dari manusia yang selalu menghubungkan sesuatu yang di kagumi, di mulyakan, di hormati, di takuti, di ta'ati, di patuhi, di letakan diatas diri manusia itu sendiri. luhur. saat tuhan menciptakan manusia sebagai "ahsanul kholikin" sebagus bagusnya ciptaan, sesempurna sempurnanya ciptaan, semulia mulianya ciptaan maka secara sengaja atau tidak akan mengugurkan tesis tesis bahwa ada mahluk lain yang lebih sempurna dari manusia. jika manusia sebagai mahluk sempurna, maka secara otomatis mahluk selain manusia berada kelas di bawahnya. maka muncullah larangan untuk bersumpah selain atas nama tuhan. karna manusia itu mahluk paling sempurna nan mulia. dan ketika kesempurnaan itu masih membutuhkan apa yang di luar dirinya dan lebih tinggi setatusnya dari manusia, maka itulah tuhan. sesuatu yang luhur, paling sempurna dari kesempurnaan kesempurnaan yang lain, kebenaran absolut, mutlak dan takbisa di gangu gugat. terlepas dari salah benarnya apa yang di tuhankan itu. karna tuhan itu juga misteri yang absolut. dan tetap akan menjadi misteri selama lamanya, sampai dimana telah di tentukan masanya tuhan tak lagi menjadi misteri. tuhan itu sangat menakjubkan dari dulu sampai besok kiamat. tidak akan habis di perbincangkan, tidak musnah walaupun tiap detik, jam, dan masa. dan kami duga kuat, dengan alasan apapun. tidaklah satu manusiapun yang tak memercayai adanya tuhan. karna setidak percaya percayanya manusia itu pasti dirinya percaya bahwa dirinya tidak percaya. dan kepercayaan kepercayaan akan ketidak percayaanya itu sendiri telah mengugurkan ketidak percayaanya tentang tuhan.
"PERKENANKANLAH"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
nyusul lagi gak ada waktu.. hahhhaha